Kata Mutiara Pernikahan Kahlil Gibran Yang Menyentuh Hati

Siapa yang tidak pernah mendengar nama besar seorang Kahlil Gibran? Dia merupakan seorang penulis, seniman, dan juga penyair keturunan Lebanon dan berasal dari Amerika. Dunia sangat mengenal karya-karya besarnya di bidang sastra. Di antara sekian banyak karyanya, terselip beberapa kutipan kata mutiara pernikahan Kahlil Gibran yang sangat romantis dan menyentuh hati.

Gaya tulisan Kahlil Gibran sangat puitis serta sangat berhubungan dengan fakta yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran jika kata mutiara Kahlil Gibran disukai banyak orang.

Berikut beberapa kata mutiara pernikahan dari Kahlil Gibran yang bisa kalian gunakan sebagai ucapan pernikahan untuk sahabat atau kerabat.

Kata Mutiara Pernikahan Kahlil Gibran Serta Maknanya

kata mutiara pernikahan kahlil gibran

1. “Cinta merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada jiwa yang agung dan peka. Apakah kekayaan ini harus dicampakkan dan kita biarkan babi-babi menghancurkan dan menginjak-injaknya. Dunia dipenuhi oleh keindahan serta keajaiban.

Lantas mengapa kita harus hidup di dalam terowongan sempit yang dibuat dan digali pendeta untuk kita. Hidup itu dipenuhi oleh kebebasan dan kebahagiaan, lalu kenapa kita biarkan belenggu berada di pundak dan mematahkan rantai yang menjerat kaki serta berjalan menuju kedamaian dengan bebas.”

Makna: Cinta adalah karunia agung yang diberikan kepada jiwa yang peka oleh Tuhan. Karena keagungan dari cinta tersebut, tentu sangat tidak layak jika manusia justru mencampakkan rasa cinta dan membiarkan para perusak (babi) memporak-porandakannya. Hiduplah dengan kebebasan tanpa belenggu.

Seorang pria dan wanita, tentu wajar jika tumbuh cinta di antara keduanya. Nah, untuk mengikat cinta dengan halal, Allah telah memberikan jalan berupa pernikahan.

2. “Cinta tidak timbul hanya dari hubungan akrab yang terjalin melalui persahabatan yang berlangsung lama. Cinta adalah anak keturunan yang berasal dari kecocokan jiwa. Oleh karenanya meski telah berlalu generasi dan tahun, cinta tidak akan pernah ada apabila tidak ada kecocokan.”

Makna: Cinta bukan tentang lamanya masa saling mengenal atau keakraban yang terjalin, namun cinta tumbuh karena adanya rasa kecocokan yang terjalin dalam jiwa. Oleh karena itu, cinta tidak akan bisa tumbuh meski sepasang anak manusia sudah menghabiskan waktu bersama dalam hitungan tahun.

Seorang yang menikah, akan langgeng jika ada kecocokan di antara pasangan suami istri. Tidak sedikit kita jumpai pernikahan yang putus di tengah jalan akibat tidak adanya kecocokan.

3. “Karena cinta maka dunia dipelihara. Dikarenakan cinta maka setiap makhluk pun mempertahankan diri sendiri-sendiri. Dikarenakan cinta maka mata yang utuh pun menjadi bagiannya. Dia yang mengatakan cinta untuk masyarakat manusia tidaklah salah sebab kesan ajaib dan efek aneh akan dihasilkan olehnya.”

Makna: Cinta memiliki efek yang sangat menakjubkan untuk kehidupan umat manusia. Dengan adanya cinta, maka makhluk di bumi pun mampu mempertahankan kehidupannya. Oleh karena itu, tidak salah jika cinta seharusnya diberikan untuk masyarakat secara keseluruhan.

Pernikahan menjawab semua itu: menghasilkan keturunan, mempertahankan generasi dan memberikan kenikmatan pandangan bagi sepasang suami istri.

4. “Bercinta kasih namun jangan terbelenggu cinta. Cinta harus dibiarkan senantiasa bergerak sebagaimana air hidup yang lincah mengalir di antara pantai pada kedua jiwa.”

Makna: Mencintai merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Namun, jangan pernah membelenggu rasa cinta. Cinta itu harus hidup di dalam kebebasan. Biarkan orang yang kita cintai untuk memiliki kehidupannya sendiri, jangan terlalu membelenggu dan mengatur kehidupannya.

Kalau dikaitkan dengan pernikahan, meski saling mencintai tapi tidak boleh bagi pasangan untuk saling menegur dan mengingatkan jika ada sesuatu yang kurang pas. Janganlah cinta membelenggu diri dari mengingatkan kebenaran.

5. “Serahkan hati, namun jangan ditujukan untuk saling menguasai. Sebab hanya Tangan Kehidupan saja yang yang mampu mencakupnya.”

Makna: Pernikahan yang dijalani sepasang anak manusia akan menyatukan dua hati dan dua jiwa dalam satu kehidupan. Namun, setiap jiwa dan hati tersebut mempunyai karakter dan tabiat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tetap harus saling menghargai dan tidak untuk mendominasi salah satunya.

Pernikahan yang indah bukanlah seorang pria yang menjadi penguasa rumah tangga. Tetapi lebih kepada saling mengisi untuk membina bidung rumah tangga menuju kebahagiaan dunia akhirat.

6. “Rasa cintaku untukmu, wahai kekasih hati akan terus ada sampai akhir hayatku. Setelah mati  Tangan Tuhan akan menyatukan kita kembali.”

Makna: Sumpah kesetiaan kepada pasangan sah kita agar terus mencintai hingga di akhir hayat. Di akhir, sang penulis berdoa agar kelak dapat dipertemukan kembali dan bersatu kembali di surga-Nya kelak.

Sepasang suami istri yang soleh dan solehah, insya Allah akan dibangkitkan dan disatukan dalam surga oleh Allah SWT. Jadi cinta suci yang dibalut kesolehan akan terus terjaga, bahkan setelah maut sekalipun.

7. “Hidup tanpa cinta bagaikan sebatang pohon yang kokoh berdiri, namun kering tanpa dihiasi buah ataupun bunga.”

Makna: Di dalam penggalan sastra tersebut Kahlil Gibran berusaha untuk mengungkapkan betapa pentingnya arti cinta. Cinta diibaratkan sebagai penyegar dan penyubur jiwa-jiwa orang yang kesepian dan kebingungan.

Oleh karena itu, Kahlil Gibran melukiskan betapa orang yang hidup tanpa cinta bagaikan pohon yang meskipun dari luar terlihat kokoh dan gagah berdiri, namun sesungguhnya di dalamnya ia kering. Hal ini ditunjukkan dari ketiadaan bunga dan daun yang tumbuh di pohon.

Pun begitu dengan orang yang membujang. Sesukses apapun seorang bujangan, hidupnya terasa hambar jika tidak ada pasangan sah yang ada di sisinya.

8. “Cinta kasih di dalam hati itu terbagi-bagi bagaikan dahan-dahan pohon cedar. Jika pohon itu kehilangan satu dahan yang kuat, ia akan menderita namun tidak mati. Pohon itu akan menumpahkan seluruh daya hidupnya ke dalam dahan berikutnya, sehingga ia akan tumbuh dan mengisi tempat yang kosong.”

Makna: Kahlil Gibran mengibaratkan seseorang yang kehilangan cinta kasih atau putus cinta seolah-olah ia seperti kehilangan salah satu dahan pohon yang kuat. Kehilangan dahan pohon yang kuat tentu akan membuat pohon merasa sakit dan kesulitan.

Apalagi jika dahan pohon tersebut mengandung banyak buah dan subur daunnya tentu akan membuat pohon sangat kesulitan dan kesakitan. Begitulah perasaan yang dialami seseorang saat kehilangan orang yang dicintai.

Meski begitu, saat kehilangan orang yang dicintai, kita harus mengalihkan energi ke dahan yang lainnya agar ikut tumbuh subur. Maknanya adalah meski kita merasa patah hati dan sedih, kita harus segera bangkit dan memupuk cinta-cinta yang baru lagi di dalam hati.

Dengan begitu, akan tumbuh rasa cinta yang mengisi jiwa. Lambat laun pasti rasa cinta tersebut akan mampu mengisi ruang yang kosong.

Pernikahan dijaga dengan berbagai sikap dan sifat di antara kedua mempelai. Jika ada salah satu cacat yang tidak bisa diterima pasangan, maka ada bagian keutuhan cinta yang terkorbankan.

Kalian, para pembaca semoga bisa memperoleh motivasi hidup, penyemangat, dan juga inspirasi nilai kehidupan dari kata mutiara pernikahan Kahlil Gibran di atas.