Penyebab Pendaki Hilang di Gunung

Kabar pendaki hilang saat menjalani aktivitas mendaki gunung masih sering terdengar di media massa. Padahal saat ini, jalur pendakian telah dikelola dengan lebih baik. Dan pendaki bisa menggunakan perangkat GPS agar tidak tersesat. Tapi, kenapa masih ada pendaki yang hilang di gunung? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami melakukan riset dan bertanya ke penjaga basecamp pendakian, pendaki senior dan riset online. Berikut 5 penyebab pendaki hilang di gunung yang sering terjadi.

1. Pendaki Tersesat Karena Salah Memilih Jalur

Penyebab paling sering pendaki hilang di gunung adalah salah memilih jalur. Kita tahu, di gunung itu banyak percabangan jalan, di antaranya:

  • Ada percabangan jalan yang dibuat oleh penduduk setempat untuk mencari tanaman obat.
  • Ada percabangan jalan yang dibuat oleh hewan. Misalnya, babi hutan, harimau, beruang hingga kijang.
  • Ada percabangan dari dua jalur pendakian yang saling bertemu.
  • Ada percabangan jalur ke arah perkebunan penduduk.
  • Ada percabangan jalur aliran air.
  • Ada percabangan jalur lama dan jalur baru.
  • Dan ada banyak lagi percabangan jalur lainnya.

Saking banyaknya percabangan, kadang pendaki ragu, jalan mana yang harus dipilih. Terlebih, pendaki yang kurang menguasai medan pendakian.

Sebagai solusi dari keadaan tersebut, pihak pengelola jalur pendakian gunung biasanya sudah menempelkan papan petunjuk jalan. Ada papan petunjuk ke arah puncak dan ke arah basecamp. Dan setiap 6 bulan sekali pihak pengelola jalur pendakian mengecek papan petunjuk jalan dan membersihkan jalur pendakian.

Namun, sampai saat ini, masih saja ada pendaki yang tersesat karena salah jalan. Jika sudah sampai tersesat, pihak keluarga akan melapor ke petugas basecamp untuk meminta pertolongan. Petugas basecamp, tim SAR dan relawan anak gunung ikut dalam upaya pencarian pendaki yang hilang tersebut. Operasi pencarian pendaki hilang ini biasanya dilakukan selama 7 hari. Bisa diperpanjang jika keluarga menghendaki. Misalnya, selama operasi 7 hari, korban belum juga ditemukan.

Solusi agar tidak tersesat saat mendaki gunung. Pendaki pemula sebaiknya mendaki bersama pendaki senior yang sudah menguasai medan pendakian. Dengan mendaki didampingi pendaki senior, kamu bisa belajar panduan mendaki gunung yang baik dan benar. Jadi, kamu akan lebih kaya pengalaman dan jauh lebih terampil dalam mendaki gunung.

Jika tidak ada pendaki senior, kamu dapat menyewa jasa pemandu gunung dari basecamp pendakian. Dan jangan lupa untuk selalu membawa alat navigasi dan peta pendakian. Upaya tersebut akan mengurangi risiko pendaki hilang karena tersesat.

2. Pendaki Terperosok ke Jurang

Penyebab pendaki hilang di gunung selanjutnya adalah pendaki terperosok ke jurang. Kasus ini sering terjadi pada pendaki yang terpisah dari rombongan pendakian. Terlebih pendaki tersebut kurang menguasai medan pendakian.

Dalam keadaan panik karena ingin bergegas kembali ke basecamp, pendaki yang terpisah ini menjadi kurang waspada. Akibatnya, dia salah dalam memilih pijakan. Jika posisi kamu berada di bibir jurang, salah mengambil pijakan atau salah mengambil jalur pendakian bisa berakibat fatal. Bisa-bisa kamu jatuh ke jurang tanpa diketahui oleh orang lain.

Kita tahu, jurang di gunung itu memiliki kedalaman hingga 10-20 meter. Jika di bawah jurang ada batuan gunung yang keras, pasti pendaki yang terjatuh langsung patah tulang dan meninggal dunia. Karena tidak ada saksi mata, pendaki tersebut biasanya dinyatakan hilang karena tidak diketemukan saat operasi pencarian dari tim SAR.

Menyedihkan, ya? Yuk, berdoa sejenak untuk para pendaki hilang yang belum diketemukan. Pesan penting dari kami, berhati-hatilah saat mendaki gunung. Jangan sampai terpisah dari rombongan pendakianmu. Selalu bawa perlengkapan mendaki gunung yang sesuai prosedur pendakian.

3. Cuaca Buruk dan Bencana Alam

Cuaca buruk juga menjadi salah satu penyebab pendaki hilang di gunung. Beberapa cuaca buruk yang ditakuti para pendaki gunung, di antaranya:

  • Kemunculan kabut yang pekat. Terlebih kemunculan kabut hitam, ini sudah tanda-tanda buruk.
  • Hujan badai. Hujan badai bisa membuat pendaki tidak bisa turun gunung. Karena cuaca ekstrem tersebut biasanya dibarengi dengan petir, pohon tumbang dan kabut.
  • Kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang menghanguskan puluhan hektar tanaman perkebunan di gunung, bisa menutup jalur pendakian. Alhasil, pendaki harus mengambil jalur lain agar selamat. Karena tidak menemukan jalur yang tepat pendaki akhirnya tersesat dan hilang.
  • Bencana gunung meletus. Gunung meletus juga bisa membuat pendaki hilang. Karena jarak pandang pendaki tertutup oleh debu abu vulkanik. Akibatnya, pendaki mudah tersesat dan hilang.

Faktor cuaca dan bencana alam adalah faktor eksternal yang tidak kita tahu. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya selalu ikuti himbauan dari petugas basecamp pendakian. Jika tidak boleh ke puncak ya jangan sampai ke puncak. Jika dilarang mendaki karena cuaca ekstrem, ya jangan mendaki.

Percayalah, penjaga basecamp jauh lebih paham kondisi jalur pendakian dari pada kita. Karena dia selalu mendapatkan informasi dari pendaki yang baru turun dari atas gunung. Dan karena penjaga basecamp adalah warga sekitar gunung, mereka lebih paham karakteristik perubahan cuaca di gunung.

Intinya, jangan memaksakan diri. Dan selalu bawa perlengkapan mendaki gunung yang memadai untuk menghadapi berbagai kondisi cuaca.

4. Terpisah dari rombongan

Saat kami mengikuti pemberitaan pendaki hilang, pasti ada satu atau dua kasus yang disebabkan karena pendaki terpisah dari rombongan.

  • Ada yang terpisah karena kelelahan dan ingin istirahat dulu.
  • Ada yang terpisah karena teman-temanya berjalan terlalu cepat.
  • Ada juga karena cuaca buruk. Misalnya, kabut, badai hingga hujan petir.
  • Ada juga karena teman-temannya egois.
  • Ada lagi karena pendaki sakit tapi tidak mau ngomong (jaim).

Padahal, pendaki dalam kondisi tidak sehat dan berjalan sendiri itu sangat rawan tersesat.

  • Pertama, pendaki mendadak ketakutan karena berjalan sendiri di tengah hutan.
  • Kedua, pendaki merasa sakit hati, marah dan gelisah karena ditinggalkan teman-temannya.
  • Ketiga, pendaki linglung dan tidak tahu arah pulang ke basecamp.

Jika pendaki yang terpisah dari rombongan ini tidak segera mendapatkan pertolongan, pendaki tersebut bisa mengalami acute mountain sickness (AMS). Pendaki mulai kedinginan, berhalusinasi dan tidak sadarkan diri. Sampai akhirnya, dia tersesat karena memilih jalan yang salah kemudian hilang ditelah kegelapan kabut.

Kami bagikan tips rahasia yang sangat bermanfaat untuk pendaki yang terpisah dari rombongan. Solusi untuk pendaki yang terpisah dari rombongan adalah meniup peluit. Peluit adalah sinyal SOS bagi sesama pendaki gunung.

Jika kamu meniup peluit dengan kuat, maka pendaki terdekat akan menghampirimu. Saat ada pendaki yang datang ingin menolongmu, utarakan kondisi kamu. Ceritakan secara jujur tentang rombonganmu, kesehatan tubuhmu dan bekal logistik yang kamu punya. Kamu akan dibantu. Entah dipandu untuk turun gunung atau pendaki tersebut meminta tolong tim SAR yang ada di basecamp. Jadi, jangan memaksakan diri. Kalau memang dalam kondisi terdesak, segera berikan sinyal SOS.

5. Mendapatkan gangguan mistis di gunung

Melansir dari website napaktilas.net, 67% pendaki hilang terjadi karena human error. 32% pendaki hilang disebabkan oleh cuaca buruk. Dan kurang dari 1% pendaki hilang dikarenakan kejadian metafisika. Jadi, jangan semua kasus pendaki hilang dikaitkan dengan kejadian metafisika (g*ib).

Akan tetapi, kami juga tidak menampik ada beberapa kasus pendaki hilang akibat gangguan mistis. Karena kasusnya memang di luar nalar manusia. Misalnya, pendaki hilang selama sebulan dan ditemukan kembali dengan selamat. Katanya, dia hanya mampir ke perkampungan penduduk selama beberapa jam. Tahu-tahunya dia hilang selama sebulan. Tapi, kejadian ganjil tersebut kurang dari 1% kejadian pendaki hilang di gunung. Jadi, tidak semua kasus berhubungan dengan dunia mistis.

Menurut pemaparan dari Om Hao, Kisah Tanah Jawa, gunung itu memiliki energi mistik yang sangat kuat. Hal ini karena gunung ditempati banyak sosok makhluk halus tingkat tinggi dan banyak energi yang terpusat di gunung. Karena kondisi tersebut, kadang pendaki bisa mengalami kondisi ganjil, di antaranya:

  • Portal teleportasi.
  • Portal interdimensi.
  • Portal alam gaib.
  • Portal spiral waktu.

Apakah semua pendaki gunung bisa mengalami kejadian metafisika? Menurut Om Hao tidak. Hanya beberapa pendaki saja yang bisa merasakan dan mengalami hal mistis. Misalnya:

  1. Pendaki yang daya konsentrasinya lemah (sering melamun). Artinya, daya energi tubuhnya dapat terpolarisasi dengan energi dari alam lain.
  2. Pendaki yang melanggar pantangan. Beberapa gunung memiliki area terlarang yang dikeramatkan secara turun temurun. Beberapa pendaki yang melanggar pantangan tersebut sering mendapatkan gangguan dari mistis. Ada yang dibikin bingung, disesatkan hingga diculik.
  3. Pendaki yang berperilaku tidak sopan dan berkata kotor. Gunung tidak hanya dihuni oleh hewan, tumbuhan dan manusia. Ada jin yang berdiam di sana. Beberapa jin ada yang tidak suka dengan perilaku manusia yang tidak sopan. Akibatnya, mereka akan mengganggu pendaki yang ingin ke puncak gunung.

Bagi masyarakat modern yang tidak percaya hal mistis, pasti terdengar aneh. Tapi, jin, dan alam g*ib itu benar-benar ada. Agar pendaki tidak hilang akibat gangguan mistis, sebaiknya kamu selalu berdoa. Sebelum mendaki berdoa, selama perjalanan berdoa dan saat turun gunung berdoa. Dan jangan lupa untuk berperilaku sopan di mana pun kamu berada. Niscaya, kamu tidak akan mengalami hal malang di gunung.

Tidak terasa sudah sampai akhir artikel. Bagaimana, adalah penyebab pendaki hilang di gunung yang belum kami ulas? Jika ada, tolong ingatkan kami melalui kolom komentar di bawah ya.